Rabu, 19 September 2012
sejarah mandailing
Keberadaan
Mandailing bukan datang dengan sendirinya tetapi mengalami suatu
proses. Selepas Pidoli dibumi hangus, bangsa Munda yang bercampuraduk
dengan penduduk asli telah membentuk marga Pulungan dan mendirikan
kerajaan di Huta Bargot. Kerajaan ini telah dikalahkan oleh Sutan Diaru
dari marga Nasution yang berasal dari Pagaruyung. Sutan Diaru mendirikan
kerajaan di Panyabungan dan memerintah seluruh Mandailing Godang. Oleh
karena Sutan Diaru itu adalah seorang putera yang ditemui di bawah pokok
beringin di tepi Aek Batang Gadis ibunya pula tidak diketahui maka
kerajaan tersebut dikenal sebagai kerajaan Mande Nan Hilang Mandehilang
atau ibu yang hilang dan akhirnya sebutan tersebut menjadi Mandailing
mengikut loghat orang minang.
Dalam
syair Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca tidak bisa
dipisahkan dalam menyelusuri Mandailing sebab dalam syair ke-13 Kakawin
terdapat kata kampe Harw athawe Mandailing i Tumihang Parlak mwang i
Barat. Dengan adanya kata Mandailing merupakan bukti sejarah bahwa
Mandailing menjadi perhitungan di nusantara ini. Sebab keberadaan
Mandailing memang dijuluki sebagai wilayah yang kuat dan solid dalam
peradabannya. Sebab nama Mandailing memang tidak ada duanya di Indonesia
ini, unik dan misteri lagi.
Duplikat syair Negarakertagama yang disimpan di museum Mpu Tantular |
Dlam
abad ke-14 sekitar tahun 1365 orang mandailing memiliki peradaban yang
maju sehingga menjadi perhitungan bagi raja-raja Jawa. Sebelum lahirnya
kerajaan Majapahit Mandailing telah ada walau sebuah kampung yang dihuni
oleh beberapa orang dengan rajanya. Sehingga lama kelamaan kerajaan ini
menjadi besar dan lahirlah kerajaan Majapahit yang memang besar dan
kuat. Kerajaan Mandailing pada waktu itu memang besar di akibatkan oleh
mas. Mas merupakan penghasilan penduduk sebab di wilayah ini memang kaya
akan hasil tambangnya. Sehingga masyarakatnya makmur dan mampu
menghidupkan dirinya sendiri. Tanpa harus expansi ke wilayah lain.
Sehingga pada waktu itu Mandailing dikenal sebutan tano sere yang
artinya tanah emas dalam cerita-cerita lama.
Menyelusuri
jejak kerajaan Mandailing tidak bisa lepas dari kerajaan yang menguasai
daerah mulai dari Portibi di Gunung Tua Padang Lawas sampai ke daerah
Pidoli di Mandailing. Sebab semua pusat kerajaan ini terletak di Portibi
Gunung Tua dengan adanya bukti-bukti candi-candi purba. Dengan serangan
pasukan Majapahit karena melihat kerajaan Mandailing menjadi besar
kemudian pusat pemerintahan kerajaan tersebut dipindahkan ke Piu di
daerah Mandailing (dekat kota Panyabungan yang sekaang). Ini dibuktikan
pada masa silam di daerah Pidoli ini terdapat juga candi-candi purba.
Namun demikian bukti ini (candi-candi ini) keburu dihancurkan oleh
pasukan Islam di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol ratusan tahun yang
lalu.
Namun
reruntuhan candi-candi masih membekas di beberapa tempat seperti di
Saba Biaro Pidoli dan Simangambat yakni Pidoli terletak di Panyabungan
dan Simangambat di Siabu.
Dalam
sebuah surat uang dikenal Surat Tumbago Holing berdasarkan informasi
masyarakat memang ada tetapi belum diketahui orang. Menurut orang tua di
daerah Mandailing bahwa surat Tumbago Hilang ialah surat perjanjian
yang dibuat oleh seorang raja di Mandailing dengan Belanda. Bila surat
itu ada berarti baru lahir abad ke XIX. Rasanya terlalu mudah
kejadiannya. Namun ada yang menafsirkan Surat Tumbago Holing ini ialah
surat Emas dari bangsa Keling suatu surat yang isinya mengajarkan
kebaikan kepada masyarakat di tempat itu zaman dahulu kala sedangkan
dari agama Hindu merupakan surat perjanjian yang berbentuk undang-undang
untuk dihayati yang bersumber dari buku kepercayaan mereka.
Kerajaan
Majapahit datang atas perintah Hayam Wuruk. Terjadilah peperangan kecil
terjadi. Pasukan raja-raja di tepian Batang Gadis menghalau pasukan
Majapahit. Mereka sama sama kuat. Bagaimanapun kecilnya peperangan,
kerugian di pihak rakyat pasti ada. Mereka berhamburan meninggalkan
rumah mereka. Untuk menyelamatkan diri, bermukim di tempat yang aman.
Orang-orang Munda sebagai pengungsi tidak terhindar dari gangguan ini.
Mereka turut pindah ke tempat lain. Saat itu penduduk asli mereka
kehilangan sajabat karir sebab selama ini mereka sering mendulang emas
bersama-sama. Dari kisah hilangnya orang-orang Munda ini, seolah-olah
mereka kehilangan sehingga mereka menyebut Munda Hilang. Dan dari tahun
ke tahun kata-kata Munda. Hilang menjadi Mandailing.
Sumber: http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/
Senin, 03 September 2012
tanjung yang ramah dan terbuka.
dalam wawancara dengan pemuka agama di desa tanjung jae. kecamatan panyabuangan timur, adat dan budaya desa tersebut bisa terbilang unik. hal ini karena jika kita menikah dan mengambil istri di tanjung serta kita menetap disana dengan masa uji beberapa tahun. maka klita akan diberikan sejumlah lahan untuk tempat rumah kita. ini menggambarkan btapa tanjung adalah desa yang ramah dan berbudaya indah bagi kita. mereka mau berkortban demi orang yang akan menjadi bagian dari desa mereka.
Langganan:
Postingan (Atom)