Putusnya Perkawinan Akibat Cerai Talak Dalam Prespektif Hukum Islam Dan Hukum Positif
Putusnya
hubungan pernikahan pada dasarnya diakibatkan oleh adanya perceraian,
baik cerai kerena kematian maupun karena cerai hidup melalui 2 cara
yakni; cerai talak dan cerai gugat. Perceraian tidak mudah untuk
dilakukan, karena harus ada alasan-alasan kuat yang mendasarinya. Cerai
adalah terputusnya hubungan perkawinan antara suami dan isteri.
Dalam Kompilasi Hukum Islam dan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 mengatur putusnya hubungan perkawinan sebagaimana berikut :
- Pasal 113 KHI, menyatakan perkawinan dapat putus karena 1) Kematian; 2) Perceraian, dan 3) Atas putusan pengadilan.
- Pasal 115 KHI dan Pasal 39 ayat 1 UU No. 1 / 1974 menyatakan, bahwa
Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama,
setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dantidak berhasil mendamaikan
kedua belah pihak.
- Pasal 114 KHI menegaskan, bahwa Putusnya perkawinan yang disebabkan
karena perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan
cerai.
Sementara itu alasan-alasan perceraian termuat dalam pasal 116 KHI dan pasal 39 ayat 1 UU No. 1 / 1974, antara lain:
- Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
- Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau
karena hal lain di luar kemampuannya.
- Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
- Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain.
- Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.
- Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga.
- Suami melanggar taklik talak.
- Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.
Menurut Inpres RI Nomor 1 Tahun 1991 tentang KHI macam-macam talak adalah sebagai berikut:
- Pasal 117 dalam KHI memut:Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang
pengadilan agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan,
dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131 Kompilasi
Hukum Islam;
- Pasal 118 dalam KHI memuat :Talak raj’i adalah talak ke satu atau
kedua, dalam talak ini suami berhak rujuk selama isteri dalam masa
iddah.
- Pasal 119 dalam KHI memuat :Talak ba’in shughra adalah talak yang
tidak boleh dirujuk tetapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya
meskipun dalam keadaan iddah. Talak ba’in shughra sebagaimana tersebut
pada ayat (1) adalah :1) Talak yang terjadi qabla ad-dukhul 2) Talak
dengan tebusan atau khuluk; 3) Talak yang dijatuhkan oleh pengadilan
agama.
- Pasal 120 dalam KHI menyatakan:Talak ba’in kubra adalah talak yang
terjadi untuk ketiga kalinya. Talak jenis ini tidak dapat dirujuk dan
tidak dapat dinikahkan kembali kecuali apabila pernikahan itu dilakukan
setelah bekas isteri menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi
perceraian ba’da ad-dukhul dan habis masa iddahnya.
- Pasal 121 dalam KHI memuat :Talak sunni adalah talak yang
dibolehkan, yaitu talak yang dijatuhkan terhadap isteri yang sedang suci
dan tidak dicampuri dalam waktu suci tersebut.
- Pasal 122 dalam KHI memuat :Talak bid’i adalah talak yang dilarang,
yaitu talak yang dijatuhkan pada waktu isteri dalam keadaan haid, atau
isteri dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri pada waktu suci tersebut.
- Pasal 123 dalam KHI memuat erceraian itu terjadi terhitung pada saat perceraian itu dinyatakan di depan sidang pengadilan.
- Pasal 124 dalam KHI memuat :Khuluk harus berdasarkan atas alasan perceraian sesuai ketentuan pasal 116 KHI.
Cerai Thalaq
Salah satu bentuk perceraian adalah cerai
talak. Talak sendiri dapat dilakukan oleh seorang suami kepada istrinya.
Talak sendiri dapat dilakkan suami kepada isterinya sebanyak satu, dua,
sampai tiga kali. Dalam al-Qur’an, Surat al-Baqarah ayat 229, Allah SWT
berfirman yang artinya “talak itu ada dua kali, selanjutnya tahanlah secara baik atau ceraikanlah secara baik”.
Dari Firman Allah SWT di atas, dapat disimpulkan bahwa talaq yang di
ucapkan suami kepada isterinya boleh satu, dua, sampai tiga kali. Namun
selaku catatan, talaq yang diucapkan untuk ketiga kalinya tidak
memungkinka lagi pihak keduanya untuk kembali melakukan rujuk, karena
talaq ketiga akan memutus total hubungan perkawinan antara seorang
laki-laki dengan seorang perempuan.
Secara harfiyah Thalak itu berarti lepas dan bebas.
Dihubungkan dengan kata thalaq dalam arti kata ini dengan putusnya
perkawinan karena antara suami dengan istri sudah lepas hubungannya atau
masing-masing sudah bebas dari ikatan perkawinan yang mereka sebelumnya
jalani. Secara terminologi, banyak kalangan ulama yang mengemukakan
pengertian talak. Menurut Al-Mahalli dalam kitabnya Minhaj al-Thalibin
(Amir Syarifuddin, 2009: hal 198), mengemukakan, bahwa thalaq pada dasarnya adalah melepaskan hubungan pernikahan dengan menggunakan lafaz thalaq dan sejenisnya.
Rumusan di atas sebenarnya telah mewakili rumusan pengertian thalaq
dalam kitab-kitab fiqh. Dalam artian ini, terdapat tiga kata kunci yang
menunjukkan hakikat perceraian yang bernama thalaq, yakni: Pertama;
kata “melepaskan” atau membuka atau menanggalkan mengandung arti bahwa
thalaq itu melepaskan sesuatu yang selama ini telah terikat dengan erat
yaitu ikatan perkawinan.Kedua; kata “ikatan
perkawinan” mengandun arti bahwa thalaq itu mengakhiri hubungan
perkawinan yang selama ini terjadi antara pasangan suami dan istri. Ketiga; kata “dengan lafaz tha-la-qa
dan sama maksudnya dengan itu” mengandung arti bahwa putusnya
perkawinan itu melalui ucapan. Dan ucapan yang digunakan adalah
kata-kata thalaq tidak dengan: putus perkawinan bila tidak dengan cara
mengucapkan ucapan tersebut, seperti putus karena kematian.
Hukum Talak
Talak mempunyai beberapa hukum seperti dibawah ini:
- Makruh.
- Haram, apabila talak di jatuhkan oleh suami terhadap isteri dalam
keadaan haidh, atau dalam keadaan suci setelah isteri itu di campuri.
- Sunnah, apabila suami sudah tidak mampu lagi menunaikan tugasnya sebagai suami.
- Wajib, apabila suami sudah bersumpah dengan mengatakan ia tidak akan
menggauli isterinya lagi atau karena perselisihan antara suami isteri.
Macam-Macam Thalaq
Adapun macam-macam thalaq adalah sebaimana yang akan dijelaskan sebagai berikut:
- Thalaq Raj’I; Adalah suatu talak dimana suami memiliki hak untuk
merujuk isteri tanpa kehendaknya. Dan talak raj’i ini disyaratkan pada
isteri yang telah digauli. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang
artinya: “Tidak (yang dibolehkan rujuk) itu hanya dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang patut atau menceraikannya dengan cara yang baik-baik”. (Al-Baqarah :
- Thalaq Bain Syughra; Adalah talak yang tidak boleh dirujuk
tapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 230 yang
artinya: “Maka jika (Suami) telah mentalaknya (tiga kali), maka
tidak halal baginya untuk kawin kembali sesudah itu, kecuali sesudah
perempuan tersebut kawin dengan laki-laki lain”.
Termasuk thalaq Bain Syughra ini ada 3 macam, yaitu sebagai berikut :
- Talak yang terjadi qabla didukhul; adalah talak yang terjadi atas
permintaan isteri terhadap pengadilan agama, dan suami telah mencampuri
isterinya.
- Talak dengan tebusan atau khuluk; Khuluk menurut bahasa berarti
perpisahan isteri dengan imbalan harta. Kata tersebut dari kalimat khala’ats tsauba (melepas
baju), karena wanita diibaratkan pakaian laki-laki. Menurut istilah
khuluk adalah perceraian antara suami isteri dengan membayar iwad
(tebusan) dari pihak isteri, dengan mengembalikan mas kawin yang pernah
diterima dari suami atau dengan menebusnya atas kesepakatan kedua belah
pihak.
- Talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama;Talak yang dijatuhkan
oleh Pengadilan Agama atas permintaan isteri, untuk itu lebih jelas pada
keterangan berikut :
Fasakh:Adalah jatuh talak karena
tuntutan isteri kepada hakim (Pengadilan Agama) agar dijatuhkan cerai
oleh hakim, baik sebab kepergian maupun karena melanggar takliq talak,
atau karena masuk penjara. Di dalam buku nikah di Indonesia pada takliq
talak dijelaskan bahwa seorang wanita (isteri) boleh meminta fasakh
(minta supaya diceraikan) oleh pengadilan Agama apabila suami
sewaktu-waktu :
- Meninggalkan isteri selama dua tahun berturut-turut.
- Tidak memberi nafkah wajib kepada isteri selama tiga bulan berturut-turut.
- Menyakiti badan atau jasmani isteri.
- Membiarkan atau tidak pedulikan isteri selama enam bulan berturut-turut.
Demikian agama Islam memberikan hak fasakh kepada seorang wanita, jika dia tidak ridha karena :
- Membawa madarat baginya dengan perpisahan itu.
- Akan menjerumuskan dirinya kepada yang diharamkan Allah (antara lain berbuat serong).
- Merasa tergantung, terkatung-katung karena disia-siakan oleh suami.
Syiqaq:Adalah perceraian terjadi
karena keretakan antara suami isteri. Sedangkan perceraian itu
diputuskan oleh hakim (Pengadilan Agama), setelah berusaha mencari
perdamaian (islah) antara kedua belah pihak (isteri dan suami) melalui
utusan masing-masing. Namun demikian, perdamaian itupun tidak
kemungkinan diperdapat lagi. Sebab-sebab terjadi Syiqaq antara lain
sebagai berikut :
- Antara suami isteri mempunyai watak, sehingga tidak dapat
dipertemukan, dan masing-masing mempertahankan wataknya dan tidak mau
mengalah.
- Disebabkan oleh suami, misanya perlakuan suami yang amat
sewenang-wenang terhadap isteri, hingga amat berat bagi isteri untuk
dapat bertahan sebagai isteri.
Bilangan Talak
Bilangan talak ada tiga macam, yaitu: Talak Satu, talak dua, dan
talak tiga. Talak satu dan talak dua di sebut dengan talak pas’i, yaitu
talak yang terjadi antara suami dan isteri dan boleh rujuk ketika dalam
masa iddah. Adapun talak tiga yang terjadi antara suami dan isteri, maka
tidak boleh mengadakan rujuk di antara keduanya pada masa iddah. Jika
keduanya ingin kembali bersatu maka harus di lakukan dengan akad nikah
yang baru dan telah di selang orang lain.Talak tiga meliputi tiga cara,
sebagai berikut:
- Suami menjatuhkan talak sebanyak tiga kali pada waktu yang berbeda-beda.
- Seorang suami menthlaq isterinya dengan talak satu, setelah habis
masa iddahnya isteri itu di nikahi kembali lagi, kemudian di talak lagi.
- Talak tiga dengan cara suami mengatakan talak kepada isterinya dengan talak tiga pada sati waktu.
Kalimat yang di pakai dalam talak ada dua macam, yaitu:
- Sharih (terang) yaitu kalimat yang tidak di ragukan lagi bahasa yang dimaksud adalah memutuskan ikatan perkawinan.
- Kinayah (sindiran) yaitu kalimat yang masih ragu-ragu boleh
dikaitkan untuk perceraian nikh atau yang lainnya. Kalimat sindiran ini
tergantung pada niatnya, artinya kalau tidak di niatkan untuk perceraian
mak tidaklah jatuh talak.